Sabtu, 21 September 2013

Konsep Nyeri Dan Respon Perawat

Konsep NyeriNyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri ini hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, serta mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan juga perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan secara fisiologikal. Demikian sedikit 



Ada juga pengertian nyeri dari beberapa ahli diantaranya yaitu : 


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Brunner & Suddarth, 2002)

Nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang dimanisfestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata, ancaman dan fantasi luka (Kozier dan Erb, 1983)

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan (Perry & Potter, 2005)

Faktor Faktor yang mempengaruhi Nyeri :


1. Usia. Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa (Potter & Perry (1993). Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). 

2. Jenis Kelamin. Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. 

3. Budaya. Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo & Flaskerud, 1991).Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 2003). 

4. Keluarga dan Support Sosial. Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993). 

5. Ansietas ( Cemas ). Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002). 

6. Pola koping. Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan. Secara terus-menerus klien kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk nyeri. Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik maupun psikologis. Penting untuk mengerti sumber koping individu selama nyeri. Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga, latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien dan menurunkan nyeri klien. 

Pengkajian nyeri


Pengkajian keperawatan pada individu dengan nyeri termasuk deskripsi nyeri juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri yaitu pengalaman masa lalu, ansietas, usia serta respon  individu terhadap strategi pereda nyeri (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001).






Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut : mudah dimengerti dan digunakan, memerlukan sedikit upaya pada pasien, mudah dinilai, dan sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001)



Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.  Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individu dalam beberapa cara:






  1. Intensitas nyeri. Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal, misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, nyeri sangat hebat atau 0 sampai 10: 0=tidak nyeri, 10= nyeri sangat hebat.

  2. Karakteristik nyeri termasuk letak, durasi, irama, dan kualitas nyeri.

  3. Faktor-faktor yang meredakan nyeri misalnya gerakan, kurang gerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat.

  4. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari misalnya tidur, napsu makan, konsentrasi, gerakan fisik, bekerja, aktivitas-aktivitas lain.

  5. Kekawatiran individu tentang nyeri.


Skala Pengukuran Derajat Nyeri


Pemeriksaan nyeri dapat dilakukan menggunakan skala:






  1. Verbal Analog Scale (VAS). Pengukukuran derajad nyeri dengan cara menunjuk satu titik pada garis skala nyeri (0 – 10 cm) satu ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung yang lain mmenunnjukkan nyeri hebat. Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukkan besarnya nyeri. Besarannya dalam satuan millimeter,  misalnya 10 – 20 – 30 mm.

  2. Verbal Descriptive Scale (VDS). Cara pengukuran derajad nyeri dengan tujuh skala penilaian yaitu nilai 1=tidak nyeri, 2=nyeri sangat ringan, 3=nyeri ringan, 4=nyeri tidak begitu berat, 5=nyeri cukup berat, 6=nyeri berat dan 7=nyeri hamper tak tertahankan.

  3. Skala empat tingkat merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 4 skala, yaitu 0=tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=,ringan istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan penekanan kuat terasa sakit. 2=sedang, rasa sakit terus-menerus atau kadang timbul tetapi masih dapat diabaikan/tidak mengganggu, LGS normal, pada penekanan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit. 3=berat,  nyeri menyulitkan lansia hampir tak tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak mampu. (Pudjiastuti, S. S. & Utomo, B, 2003)



Penatalaksanaan nyeri. Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis dilakukan dalam kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya dan pasien sendiri. Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah analgesic yang dapat diberikan melalui rute parenteral, rute oral, rektal, transdermal, dan intraspinal. Ada tiga jenis analgesic yakni (1) Non narkotik dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (NSAID), (2) Analgesik narkotik atau Opiat dan (3) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik yang diberikan dengan tujuan untuk meredakan nyeri dan memperbaiki kualitas hidup pasien. (Smeltzer, S. C & Bare, B.G, 2001).



Salah satu tanggung jawab perawat yang paling dasar adalah melindungi klien dari bahaya. Ada sejumlah terapi non farmakologis yang mengurangi resepsi dan persepsi nyeri dan dapat digunakan pada keadaan perawatan acut dan perawatan tersier. Tindakan non farmakologis tersebut mencakup intervensi prilaku kognitif seperti imajinasi terbimbing, distraksi, relaksasi, biofeedback dan penggunaan agen fisik meliputi stimulasi kutaneus, massase, mandi air hangat, kompres panas, kompres dingin serta stimulasi saraf electric transkutan (TENS). (Potter dan Perry, 2005).

suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial. Di beberapa negara mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan praktik keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional. Diagnosa keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung jawab di dalamnya.( Kim et al, 1984).


Jadi pengertian diagnosa keperawatan :

merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien.(Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).

diagnosa keperawatan,pengertian diagnosa keperawatan,Blog Keperawatan


Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.


Proses keperawatan telah diidentikkan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan :

  1. Pengkajian. Menetapkan data dasar seorang klien
  2. Analisa. Identifikasi kebutuhan perawatan klien dan seleksi tujuan perawatan
  3. Perencanaan. Merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk perawatan klien.
  4. Implementasi. Memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
  5. Evaluasi. Menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai.
Komponen Diagnosa Keperawatan

Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai bentuk PES.( Gordon, 1987 ).

  • " P " diidentifikasi sebagai masalah / problem kesehatan, "E" menunjukan etiologi / penyebab dari problem, dan "S" menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai “ batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “ yang berhubungan dengan ”.
  • Kemudian diagnosa-diagnosa tersebut dituliskan dengan cara berikut : " Problem " yang berhubungan dengan "etiologi" dibuktikan oleh "tanda-tanda dan gejala-gejala" ( batasan karakteristik ).
  • Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat.
  • Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien katakan dan apa yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Sesopannya .. anda sopan aak segan .. :3