Sabtu, 21 September 2013

Prosedur Pemeriksaan Specimen

Prosedur Pengambilan Spesimen

A.Jenis Jenis Specimen



1.  URIN

Tujuan :

 menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara makroskopis ( fisik ), sedimen / endapan ( makroskopis – mikroskopis, unsure organic – non organic ), kimiawi, bakterialogis, maupun imunologis.tergantung pada sampel atau jenis urin yang diperiksa.

1.1 URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin

1.2 URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih. Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun pengambilan dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.


1.3 URIN TAMPUNG (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.

1.4 SPESIMEN URIN ACAK
 Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan kandungan urin

1.5 SPESIMEN KATETER INDWELLING
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi. 

2.  PEMERIKSAAN SPESIMEN: FESES
Pemeriksaan feses dilakukan untuk:
melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien sendiri.Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu.mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-turut.
mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk dikultur.Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi.

3. PEMERIKSAAN SPESIMEN: SPUTUM
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru, bronkus dan trakea.Individu yang sehat tidak memproduksi sputum.Klien perlu batuk untuk memdorong sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea ke mulut dan mengeluarkan ke wadah penampung.
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk:
kultur (menentukan jenis mikroorganisme) dan tes sensitivitas terhadap obat untuk sitologi dalam mengidentifikasi asal, struktur, fungsi dan patologi sel. Spesimen untuk sitologi (mengidentifikasi kanker paru-paru dan jenis selnya) seringkali dilakukan secara serial 3 kali dari sputum yang diambil di pagi hari.
pemeriksaan bakteri tahan asam, juga diperlukan serial 3 hari berturut-turut di pagi hari, untuk mengidentifikasi ada tidaknya kuman tuberkulosis. Beberapa rumah sakit, menggunakan wadah penampung khusus untuk pemeriksaan ini.

4.  PEMERIKSAAN SPESIMEN  DARAH
Tujuan mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi.

B. Persiapan Alat Dan Pasien 

Pada Specimen : 
1. URIN 
1.1 URIN BERSIH
ALAT & BAHAN : Alat penampung Urin 
Pasien                    : Tidak ada kebutuhan khusus . Klien dapat mengambil urinya sendiri , kecuali klien yang lemah dan tidak dapat bergerak.

1.2 URIN TENGAH
Alat & Bahan : persiapkan peralatan
a. sabun,lap basah,dan handuk
Di gunakan untuk membersihkan,membilas,dan mengeringkan perineum
b.peralatan komersial untuk mengambil irine dengan cara bersih,gulungan kapas steril atau bantalan kasa ukuran 2x2
c. larutan anti septik
d. air steril
e. wadah spesimen steril
f. sarung tangan steril dan non steril
g. pispot
h. label spesimen yang lengkap
i.      Membilas larutan antiseptic

Pasien               : jelaskan prosedur
a. alasan dibutuhkannya spesimen midstrem
b. cara agar klien dan keluarga dapat membantu
c. cara mengambil spesimen yang bebas dari feses
d. Mengurangi ansietas
e. Membantu klien mengumpulkan spesimen urin secara mandiri
f. Feses dapat merubah karakteristik urin dan dapat menyebabkan nilai pengukuran menjadi salah
g. apabila klien tidak merasakan keinginan berkemih yang mendesak, berikan air minum 30 menit sebelum pengambilan urin . 

1.3 URIN TAMPUNG
Alat &  Bahan : Beberapa wadah Spesimen khusus dari laboratorium 
Pasien             :  perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih sebelum defekasi

1.4 URIN ACAK
Alat & Bahan : Kantong Pengumpul urin / Wadah Penampung Urin
Pasien         : Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat

1.5 KATETER INDWELLING
Alat & Bahan : a.    Pengambilan Spesimen
1) Wadah Spesimen
a) Wadah spesimen urine harus bersih dan kering.
b) Dapat terbuat dari plastik atau botol gelas.
c) Mulut wadah lebar dan dapat ditutup rapat.
d) Wadah berwarna terang.

2) Bahan Pengawet
a) Formalin 37%.
b) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA).

Pasien        : Klien Menggunakan Kateter

2. FESES 
Alat & Bahan : Sarung Tangan Steril , Kantung / Wadah Penampung Feses
Pasien          :defekasi pada bedpan yang bersih bila memungkinkan, spesimen tidak terkontaminasi dengan urin atau darah menstruasi jangan meletakan tisue pembersih pada bedpan setelah defekasi karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.

3. SPUTUM
Alat & Bahan : Kantung Penampung Sputum
Pasien        : Saat Pengambilan Klien di minta untuk menarik nafas dalam lalu batuk dan mengeluarkan sputum

4. DARAH
Alat & Bahan :
1. a) Spuit/disposible syringe
    b) Blood lancet
    c) Karet pengikat lengan/torniquet
    d) Kapas
    e) Alkohol 70%

2. Wadah Spesimen
a) Untuk darah vena, memerlukan wadah/botol terbuat kaca, atau tetap di dalam spuit.
b) Untuk darah kapiler tidak memerlukan wadah.
c) Wadah dapat berukuran kecil atau ukuran volume 5 ml.

3. Bahan Anti Koagulan
a) Ethylene Diamine Tetra Acetat (EDTA) dapat digunakan dalam bentuk padat dengan perbandingan 1 : 1.
b) Heparin dapat digunakan dalam bentuk cair atau padat.

4. Tempat Pengambilan dan Volume Spesimen
Ada 2 (dua) tempat pengambilan spesimen darah, yaitu :
a) Ujung jari tangan/kaki (Darah Kapiler). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah sedikit atau tetesan (dipakai untuk screning test).
b) Lipatan lengan/siku (Darah Vena). Digunakan apabila mengambil darah dalam jumlah agak banyak, misalnya : 1 s/d 10 ml.
Pasien            : Tekanan Darah Klien tidak Boleh rendah . 

C. Prosedur Pengambilan Specimen 
1. URIN 
1.1 URIN BERSIH
Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah. Jumlah minimal 10mL
Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.

    Spesimen harus bebas dari feses Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.

1.2 URIN TENGAH 
Prosedur mengumpulkan urin midstream
Langkah Rasional

1.      ikuti kebijakan lembaga dalam pengambilan specimen

Kebijakan lembaga dapat berbeda –beda dalam metode pengambilan
kaji status klien

a. pada saat terakhir kali klien berkemih
b. tingkat kesadaran atau tahap perkembangan
c. mobilisasi ,keseimbangan , dan keterbatasan fisik

d. Dapat mengindikasikan penuhnya kandung kemih
e. Menunjukan kemampuan klien dalam bekerja sama selama prosedur
f. Menentukan tingkat bantuan
g. kaji tingkat pengetahuan klien terhadap pemeriksaan
h. Informasi memungkinkan dapat mengklarifikasi kesalahpahaman dan meningktkan kerjasa sama dari klien

ü  Memungkinkan klien bersifat rileks
ü  berikan sabun,lap basah , dan handuk untuk membersihkan daerah perineum
ü  Pakai sarung tangan non steril dan bantu perawatan perineum pada klien yang tidak dapat berjalan
ü  Mencegah penularan mikroorganisme
ü  ganti sarung tangan
ü  Mengurangi transfer infeksi
ü  buka peralatan steril atau persiapkan peralatan steril
ü  tuang antiseptik diatas bola kapas
ü  Bola kapas digunakan untuk membersihkan perineum

- buka wadah steril
           
    Bantu dan biarkan klien membersihkan perineum dan mengumpulkan spesimen urin nya secara mandiri

a. pria

v  pegang penis dengan satu tangan dan bersihkan ujung penis dengan gerakan memutar dari arah tengah keluar dan menggunakan swab antiseptik
v  bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola kapas
v  setelah klien mulai mengeluarkan aliran urin ,letakan wadah pengumpul dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 – 60 ml
b. wanita

v  buka labia dengan ibu jari dan jari telunjuk dari tangan yang tidak dominan
v  bersihkan daerah tersebut dengan bola kapas ,dari bagian depan ke belakang
v  bantu klien membersihkan daerah perineum dan mengumpilkan secara mandiri
v  bersihkan daerah tersebut dengan air sterildan keringkan dengan bola kapas
v  dengan tetap memisahkan labia, klien harus mulai mengeluarkan urin , dan setelah aliran keluar letakan wadah spesimen dibawah aliran urin dan kumpulkan 30 – 60 ml


- Mengurangi jumlah bakteri
v  Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik
v  Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yang dalam kondisi normal terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri terkumpul di dalam spesimen
v  Memungkinkan akses kemeatus uretra
v  Mencegah kontaminasi spesimen dengan larutan antiseptik
v  Urin yang pertama keluar membuang mikroorganisme yangt dalam kondisi normal terakumulasi di meatus urinarius dan mencegah bakteri terkumpul di dalam spesimen

-pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin terhenti dan sebelum melepaskan labia atau penis.klien meyelesaikan berkemih dalam bedpend tau toilet mencegah spesimen terkontaminasi oleh flora kulit.
-tutup wadah spesimen dengan aman dan kuat. mempertahankan sterilitas bagian dalam wadah
-bersihkan urin yang mengenai bagian luar wadah,dan letakan dikantung plastikan specimen Mencegah transfer mikroorganisme dengan orang lain.
-pindahkan bedpen dan bantu klien untuk dapat posisi yang nyaman meningkatkan lingkungan yang rileks
-berikan label pada daftar specimen mencegah identifikasi yang tidak akurat
-lepaskan sarung tangan dan cuci tangan mencegah transfer mikroorgani9sme dengan orang lain
-kirim spesimen ke labort dalam 15 menit atau m,asukan dalam lemari es bakteri dapat berkembang biak dalam urin
-catat tanggal dan waktu pengambilan spesimen dalam catatan keperawatan mendokumentasikan implementasi yang diprogramkan dokter.

1.3 URIN TAMPUNG

v  Periode pengumpulan jenis ini dimulai setelah klien berkemih
v  beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
v  setiap kali berkemih ,urin dikumpul dalam sebuah wadah yang bersih lalu segera masukan dalam wadah yang lebih besar
v  setiap spesimen harus bebas dari feses atau tisu toilet
v  perawat harus mengigatkan klien untuki berkemih nsebelum defekasi
v  wadah pengumpil urin perlu dimasukan dalam lemari ES

1.4 URIN ACAK 
v  Spesimen urin rutin yang diambil secara  acak dapat dikumpulkan dari urin klien saat berkemih secara alami atau dari kateter foley atau kantong pengumpul urin yang mengalami diversi urinarius
v  Spesimen harus bersih digunakan pada pemeriksaan urinalisis
v  Anjurkan klien untuk minum 30 menit sebelum prosedur dilakukan,dan hanya 120 mL urin yang dibutuhkan untuk pemeriksaan yang akurat
v  Setelah spesimen dikumpilkan ,perawat m,emasang tutup dengan ketat padsa wadah spesimen,membersihkan setiap urin yang keluar mengenai bagian wadah,meletakan wadah pada kantong plastik,dan kirim spesimem yang telah diberi label ke labor.

1.5 Kateter Indwelling
Cara Pengambilan Spesimen
a) Urine ditampung selama 24 jam
b) Urine yang telah ditampung diambil sebanyak 50 – 100 ml, kemudian tambahkan dengan 2 ml formalin 27% atau 100 mg EDTA, kemudian kocok hingga homogen.

Identitas Spesimen.
diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan,

b. Pengiriman Spesimen
1) Setelah spesimen urine terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium (tidak lebih dari 3 hari).
c. Pemeriksaan Spesimen
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam urine, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.

d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi.Kadar Timah hitam dalam darah 50 mg/100ml. Kadar Timah hitam dalam urine 150mg/ml creatinine. Zinc protoporphynin dalam darah (setelah 1 bulan terekspos) 250 mg/100 ml erythrocytes atau 100mg/100 ml darah

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang.

2. FESES 
Dalam pengambilan spesimen gunakan sarung tangan bersih, jumlah feses tergantung pemeriksaan, umumnya 2,5cm untuk feses padat atau 15-30mL untuk cair. Untuk kultur, gunakan swab yang steril, lalu dimasukkan dalam kantung steril. Segera kirim spesimen ke lab untuk segera diperiksa.
3. Cara pengambilan
umumnya di pagi hari, saat bangun tidur klien mengeluarkan sputum yang diakumulasi sejak semalam. Bila klien tidak dapat batuk, kadangkala diperlukan suksion faringeal. Langkah sebagai berikut:

v  lakukan perawatan mulut
v  minta klien untuk napas dalam lalu batuk. Diperlukan sputum sebanyak 15-30mL
v  lakukan kembali perawatan mulut.

Kultur Tenggorokan
Kultur tenggorokan dilakukan dengan menggunakan swab dengan mengambil bahan dari mukosa yang ada di orofaring dan tonsil. Kultur dilakukan untuk melihat mikoorganisme penyebab penyakit.Dalam melakukannya perawat menggunakan sarung tangan bersih, lalu ambil bahan pada daerah tonsil dan orofaring yang berisi eksudat dan berwarna kemarahan. Kadangkala timbul refleks gag, untuk mencegahnya saat pemeriksaan posisi klien duduk dan minta klien membuka mulut seraya berkata “ah” lalu kerjakan tindakan dengan cepat.

4. DARAH

Cara Pengambilan Spesimen
a). Darah Kapiler
Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau anak daun telinga untuk mengambil darah kapiler, sedangkan pada bayi atau anak kecil dapat diambil di tumit atau ibu jari kaki.Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah.

Adapun cara mengambil spesimen sebagai berikut :
(1) Bersihkan tempat yang akan ditusuk memakai kapas beralkohol 70% dan biarkan sampai kering.
(2) Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
(3) Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril, pada jari tusukkan dengan arah tegak lurus pada garis-garis sidik kulit jari dan tidak boleh sejajar. Bila yang akan diambil spesimennya pada anak daun telinga tusukan pinggirnya dan jangan sisinya sampai darah keluar.
(4) Setelah penusukan selesai, tempat tusukkan ditutup dengan kapas beralkohol dan biarkan sampai darah tidak keluar.

b) Darah Vena
Pada orang dewasa dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi dapat digunakan vena jugularis superficialis atau sinus sagittalis superior. Cara pengambilan spesimen sebagai berikut :
(1) Ikat lengan atas dengan menggunakan karet pengikat/torniquet, kemudian tangan dikepalkan.
(2) Tentukan vena yang akan ditusuk, kemudian sterilkan dengan kapas berakohol 70%.
(3) Tusuk jarum spuit/disposable syringe dengan posisi 45o dengan lengan.
(4) Setelah darah terlihat masuk dalam spuit, rubah posisi spuit menjadi 30o dengan lengan, kemudian hisap darah perlahan-lahan hingga volume yang diinginkan.
(5) Setelah volume cukup, buka karet pengikat lengan kemudian tempelkan kapas beralkohol pada ujung jarum yang menempel dikulit kemudian tarik jarum perlahan-lahan.
(6) Biarkan kapas beralkohol pada tempat tusukan, kemudian lengan ditekuk/dilipat dan biarkan hingga darah tidak keluar.
(7) Pindahkan darah dari disposibel syringe ke wadah berisi anti koagulan yang disediakan, kemudian digoyang secara perlahan agar bercampur.
(8) Jika spesimen ingin tetap dalam spuit, setelah darah dihisap kemudian dengan spuit yang sama dihisap pengawet/anti koagulan.

6.Identitas Spesimen
Spesimen diberi nomor dan kode, sedangkan identitas lengkap dapat dilihat pada buku registrasi yang berisikan nomor, tanggal, nama responden, umur, jenis kelamin, jenis pemeriksaan.

b. Pengiriman Spesimen Darah
1) Setelah spesimen terkumpul masing-masing dalam wadah/botol kecil, kemudian dimasukan dalam wadah/tempat yang lebih besar dengan diberi es sebagai pengawet sementara (cool box).
2) Wadah spesimen kecil diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah terbalik atau tumpah.
3) Wadah diberi label yang berisi tentang identitas yang meliputi : tanggal pengiriman, jenis dan jumlah sampel, jenis pemeriksaan yang diminta, jenis pengawet, dan tanda tangan pengirim.
4) Sampel dikirim ke laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan atau laboratorium lainnya.
5) Transportasi pengiriman harus secepat mungkin sampai ke laboratorium, pengiriman spesimen maksimum 3 hari.

c. Pemeriksaan Spesimen Darah
Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk memeriksa kadar Timah hitam dalam darah, antara lain metoda Dithizone dan metoda Spektrofotometrik Serapan Atom.
Pemilihan metoda pemeriksaan disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang tersedia, baik tenaga, bahan pemeriksaan ataupun peralatan.

d. Analisa Hasil
Kadar Timah hitam dibandingkan dengan Biological Exposure Index (BEI) atau nilai index untuk pajanan biologi.Menurut WHO (tahun 1977) nilai pada orang dewasa normal adalah 10 s/d 25 µg per desiliter.

e. Tindak Lanjut
Hasilnya dilaporkan pada pihak-pihak yang berwenang


Prosedur Pemeriksaan Diagnostik

Jenis Jenis Pemeriksaan Diagnostik 

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK UNTUK SALURAN PENCERNAAN

DEFINISI

Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
# Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
# Rontgen
# Ultrasonografi (USG)
# Perunut radioaktif
# Pemeriksaan kimiawi.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus.

Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.
Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.


Pemeriksaan Kerongkongan

1. Pemeriksaan barium.
Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan).
Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video.

Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal.

Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti:
- selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa)
- divertikulum Zenker (kantong kerongkongan)
- erosi dan ulkus kerongkongan
- varises kerongkongan
- tumor.

2. Manometri.
Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan.
Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.


3. Pengukuran pH kerongkongan.
Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak.

4. Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan).
Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis). 
Intubasi

Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus.

Prosedur ini bisa digunakan untuk keperluan diagnostik maupun pengobatan.
Intubasi bisa menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan).

1. Intubasi Nasogastrik.
Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung.
Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya.
Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat.

Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:
- Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin
- Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif
- Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan.

Kadang intubasi nasogastrik digunakan secara berkesinambungan untuk mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung.
Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Intubasi Nasoenterik.
Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus.
Prosedur ini bisa digunakan untuk:
- mendapatkan contoh isi usus
- mengeluarkan cairan
- memberikan makanan.

Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim). 

Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri.
Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.

Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Laparoskopi

Laparoskopi adalah pemeriksaan rongga perut dengan menggunakan endoskop

Laparoskopi biasanya dilakukan dalam keadaan penderita terbius total.
Setelah kulit dibersihkan dengan antiseptik, dibuat sayatan kecil, biasanya di dekat pusar. Kemudian endoskop dimasukkan melalui sayatan tersebut ke dalam rongga perut.

Rontgen

1. Foto polos perut.
Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).

2. Pemeriksaan barium.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.

Parasentesis

Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya.


USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam.
USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM RESPIRASI

• Analisa Gas Darah (AGD);
• Laboratorium Darah Rutin;
• Mantoux Test;
• Pemeriksaan Sputum.

ANALISA GAS DARAH (AGD)
AGD memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas alveoli dan keseimbangan asam dan basa. AGD dilakukan dengan pengambilan sampel darah yang berasal dari arteri radialis, brachialis atau femoralis dengan sudut kemiringan jarum 90 derajat. Pada pemeriksaan AGD spuit yang digunakan untuk mengambil sampel darah harus diberi heparin terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya pembekuan darah.

Sebelum mengambil darah arteri, maka harus dilakukan tes Allen’s terlebih dahulu, yaitu pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan. Tes ini penting dilakukan sebelum mengambil darah arteri radialis.

MANTOUX TEST / TUBERKULIN TEST
Digunakan untuk mendeteksi invasi dan berkembangnya myocobacterium tuberculosa dengan menyuntikkan Purified Protein Derivate (PPD) secara intradermal (subcutan).

PEMERIKSAAN SPUTUM/DAHAK
Dilakukan jika diduga terdapat penyakt paru-paru seperti bronchitis kronis, TBC. Pada saat terjadi infeksi dan inflamasi pada saluran pernafasan maka membran mukosa saluran pernafasan akan berespon dengan mengeluarkan sekresinya yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Persiapan Alat Dan Pasien

Alat untuk Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan Darah
Bentuk pemeriksaan
1) Jenis/golongan darah
2) HB
3) Gula darah
4) Malaria
5) Filaria dll
Persiapan alat
1) Lanset darah atau jarum khusus
2) Kapas alkohol
3) Kapas kering
4) Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
5) Bengkok
6) Hand scoon
7) Perlak dan pengalas

Pemeriksaan Urine
Jenis pemeriksaan
1) Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan.
2) Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
3) Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah makan)
4) Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam
Persiapan alat
1) Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
2) Wadah urine dengan tutupnya
3) Hand scoon
4) Kertas etiket
5) Bengkok
6) Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Faeces
Persiapan alat
1) Hand scoon bersih
2) Vasseline
3) Botol bersih dengan penutup
4) Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
5) Bengkok
6) Perlak pengalas
7) Tissue
8) Tempat bahan pemeriksaan
9) Sampiran

Pengambilan sputum
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
Persiapan alat
1) Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
2) Botol bersih dengan penutup
3) Hand scoon
4) Formulir dan etiket
5) Perlak pengalas
6) Bengkok
7) Tissue

Pengambilan spesimen cairan vagina/hapusan genetalia
Persiapan alat
1) Kapas lidi steril
2) Objek gelas
3) Bengkok
4) Sarung tangan
5) Spekulum
6) Kain kassa, kapas sublimat
7) Bengkok
8) Perlak

A. PERSIAPAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. 
Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :
1. Pra instrumentasi 
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter. Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir 
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang sedang diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan khusus dan jangka panjang.
b. Persiapan penderita
1) Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira2 800 kalori akan mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan hemostasis.
3) Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter. Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4) Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
a) Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
b) Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung (torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
c) Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih, bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
d) Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.
c. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada ujung jari tangan yaitu telunjuk, jari tengah atau jari manis dan anak daun telinga. Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
d. Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas)
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.

e

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Sesopannya .. anda sopan aak segan .. :3